Ketika melewati sebuah rumah kecil di suatu pagi, seorang pemuda tertegun mendapati seorang ibu tua di halaman rumah tersebut yang sedang mengasah sebatang besi di atas sebuah batu.
Untuk beberapa saat sang pemuda terus memperhatikan kegiatan si ibu tua, yang tampak begitu serius menekuni pekerjaannya. Si ibu tua hanya berhenti mengasah saat mengusap peluh yang membanjir di wajahnya.Tangannya yang kecil dan keriput terlihat mantap mengasah besi.
Setelah satu jam berlalu, pemuda itu lalu beranjak pergi menuju kebunnya. Matahari terasa makin tertarik, namun saat melirik ke belakang, tampak si ibu tua tetap tekun mengasah besi di tangannya.
"Ah, kenapa aku hanya memiliki kebun sekecil ini." gumam si pemuda ketika telah sampai dikebunnya.
Ia memperhatikan kebunnya dengan rasa malas dan bosan yang begitu tampak di rona wajahnya.
Alih alih bekerja menggarap kebunnya, si pemuda malaah memilih duduk termenung sambil menyadarkan tubuhnya pada sebatang pohon.
Terik sinar matahari siang yang mengenai tubuhnya, menyadarkan si pemuda dari tidurnya.
"Duh, malah ketiduran di sini." kata si pemuda pada dirinya sendiri.
Bergegas dia bangun, mengangkat peralatan kerjanya hendak pulang. Rasa malas dan bosan semakin menggerogoti hatinya.
Ketika melewati rumah si ibu tua, pemuda itu terkejut melihat si ibu tua masih saja mengasah besi tua. Dengan rasa penasaran yang tak tertahankan akhirnya dia menghampiri ibu tua.
"Ibu, apa yang Anda lakukan?" tanya si pemuda.
"Tidakkah kamu lihat?, aku sedang mengasah besi tua ini." jawab si ibu.
"Kenapa ibu bersusah payah sepanjang hari mengasah besi tua itu?" tanya si pemuda lebih lanjut.
"Aku hendak menajamkan besi tua ini, dan menjadikannya sebuah pisau." si ibu menjawab pelan tanpa berhenti mengasah.
"Mau di asah sampai kapan bu? Besi tua ini begitu tebal, ibu akan menghabiskan banyak waktu untuk menajamkannya." si pemuda terus bertanya dengan perasaan heran.
"Walaupun tebal namun cepat atau lambat, besi tua ini akan menjadi tajam nak. Asalkan saya terus mengasahnya, maka besi ini akan menjadi pisau yang sangat tajam." jawab si ibu.
Si pemuda tertegun, matanya menatap besi tua di tangan si ibu, sesaat dia seakan melihat besi tua itu telah berubah menjadi tajam. Lalu si pemuda tersadar dan segera beranjak dari tempat itu kembali menuju kebunnya.
Cerita ini mengajak kita untuk dapat bersyukur akan apa yang kita miliki, sekecil apapun itu. Asalkan kita tekun, mau kerja keras, pantang menyerah, kreatif dan selalu berpikir positif, maka yang kecil itu akan menjadi besar.
Segala hal dapat kita capai jika kita memiliki niat yang besar dan bersungguh-sungguh mengejarnya.
Setiap usaha yang dilakukan dengan kesungguhan hati pasti akan membawa hasil yang menakjubkan.
BalasHapusbagusss
BalasHapusJangan pernah menyerah setiap langkah sekecil apapun , satu saat akan membuahkan hasil
BalasHapus