Fransisca menatap ketiga anaknya yang sedang makan malam dengan begitu lahapnya. Mungkin karena cuaca yang dingin sehingga ketiganya begitu bersemangat makan sambil berceloteh satu sama lain.
"Mama kok gak ikut makan?" tanya si sulung David, sambil menatap heran pada mamanya.
"Nunggu papa pulang yah?" lanjutnya.
"Iya, papamu pulang 1 jam lagi, nanti mama makan bareng papa" jawab Fransisca pada David yang menginjak usia 20 tahun.
"Michelle, lauknya di tambah yah?" tanya Fransisca pada anak perempuannya yang terlihat hampir menghabiskan seluruh isi piringnya.
Secepat kilat Michelle menarik piringnya ke dadanya, khawatir akan di isi oleh mamanya tanpa persetujuannya, "Nggak ma, Michelle udah kenyang", "Anak perempuan gak boleh terlalu banyak makan" lanjut Michelle yang telah berusia 18 tahun itu sambil tersenyum manis. Lalu Michelle berdiri sambil memegang peralatan makannya hendak menuju dapur.
Si bungsu Daniel, 11 tahun, juga terlihat sudah selesai melahap semua makanannya. Sesaat sebelum ia berdiri dari kursinya, Fransisca berdiri dan meraih piring Daniel, dan berkata "Biar mama aja yang bawa ke dapur".
"Asyik, punya David juga yah ma" David menimpali dan menyodorkan piringnya pada Fransisca.
Sesaat kemudian saat ke ruang tamu, Fransisca melihat ketiga anaknya sibuk dengan kegiatan masing-masing. David terlihat serius menekan tuts laptopnya yang diletakkan di meja ruang tamu, Michelle di sofa terlihat asyik memainkan hpnya , dan si bungsu Daniel sedang menggambar sesuatu sambil berbaring di karpet.
Fransisca lalu duduk di sisi Michelle, dan sambil memegang tangan Michelle ia bertanya. "Michelle, seberapa besar rasa sayang kamu pada mama?" suaranya terdengar pula oleh David dan Daniel.
Dengan sigap Michelle menjawab, "Sedalam samudra Hindia!", sambil mencium mamanya.
"Kalau David setinggi gunung Himalaya, ma!" timpal David dengan mantap.
Mata Fransisca lalu tertuju pada Daniel, dan dengan lembut bertanya, "Kalau Daniel gimana?".
Daniel melirik pada kedua kakaknya, yang ternyata kembali sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing, lalu dengan pelan Daniel menjawab, "Gak tahu ma, Daniel nggak ngerti", lalu tertunduk lesu.
Melihat Daniel yang tampaknya menyesal karena tidak bisa memberi jawaban seperti kedua kakaknya, Fransisca kembali berkata dengan lembut sambil tersenyum, "Gak apa-apa, yang penting kamu sayang mama".
15 menit berlalu, tiba-tiba Fransisca bersuara, "Kepala mama sakit nih, tolong pijat......"
Tanpa melepaskan pandangan matanya dari laptop Daniel berkata, "Belum selesai nih ma, masih chatting sama teman-teman".
"Michelle juga lagi balas sms dari teman-teman nih ma, membahas persiapan acara olah raga sekolah". Michelle angkat suara.
Tiba-tiba suara riang Daniel terdengar , "Daniel aja yang pijat kepala mama......" serunya sambil menyusun dengan cepat alat-alat gambarnya dan berlari kecil ke arah belakang sofa menuju mamanya. Dengan penuh semangat Daniel memijit kepala mamanya. Wajahnya terlihat sangat bahagia.
David dan Michelle tertegun melihat adik mereka.
"Sebesar inilah rasa sayang Daniel pada mama!" kata Daniel dengan senyum bahagia, sambil menatap kedua mata kakak-kakaknya.
Fransisca tersenyum bahagia mendengar kata-kata Daniel.
David dan Michelle menghampiri Fransisca, memeluk mama mereka tanpa bersuara. Fransisca tersenyum pada mereka, ia tahu, itulah cara kedua anaknya untuk memohon maaf.
Teman, rasa sayang tidak dapat di ukur dengan apapun juga, kasih sayang hanya dapat dirasakan melalui tindakan saat orang yang kita cintai membutuhkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar