Bisnis Online Oriflame Cosmetics Indonesia

Rabu, 13 April 2011

Ayah Yang Bijaksana.

"Orang tua yang bijaksana pasti mampu
menghantarkan anak-anaknya pada kehidupan 
yang baik dan mulia."


Suatu ketika om saya bercerita, di kota tempat ia tinggal ada seorang pengusaha yang sangat kaya memiliki tiga orang anak, 2 orang  anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Istri pengusaha tersebut meninggal dunia saat anak mereka masih kecil, tapi pengusaha itu memilih untuk tidak menikah lagi dan merawat anaknya sendiri hingga dewasa. Ia sangat mengasihi ketiga anaknya tersebut, menyekolahkan mereka di sekolah-sekolah terbaik, membantu mereka membangun bisnis masing-masing, hingga akhirnya ketiga anaknya itu menikah. Karena sudah berumah-tangga, semua anaknya pun memilih untuk tinggal di rumah yang berbeda dengan ayah mereka. Tidak ada yang ingin tinggal bersama si pengusaha. 
Sebenarnya ada perasaan sedih di lubuk hatinya karena harus berpisah dengan anak-anaknya. Ia merasa sangat kesepian, namun karena kasihnya yang besar pada anak-anaknya ia memilih menerima keadaan itu dengan berbesar hati. Bagi dia, kebahagiaan anak-anaknya lebih dari segalanya. 
Ketika pengusaha itu menginjak usia 65 tahun, ia terserang stroke akibat penyakit yang dideritanya. Melihat kondisi ayah mereka yang sakit ketiga anaknya saling melemparkan tanggung-jawab tentang siapa yang harus merawat sang ayah. Semua mengemukakan alasan yang sama tentang urusan rumah tangga dan pekerjaan yang harus mereka hadapi. Pertengkaran anak-anaknya membuat pengusaha itu merasa sedih. Kalau boleh memilih tentu saja ia tidak mau merepotkan anak-anaknya. Kesedihannya semakin bertambah karena anak-anaknya juga mempertengkarkan biaya untuk pengobatan. Si pengusaha, sebelumnya sudah membagikan seluruh harta yang ia miliki termasuk bisnis pribadinya beberapa tahun berselang, ia hanya menyimpan uang secukupnya karena berpikir bahwa ia akan baik-baik saja dan kalaupun ada masalah keuangan, anak-anaknya pasti akan turun tangan menolong. Dia tidak pernah menyangka akan mengalami kondisi seperti ini. Ketiga anak pengusaha itu lalu sepakat untuk membagi waktu, merawat sang ayah. Mereka memang melakukannya namun tidak dengan tulus. 
Suatu hari seorang pedagang emas terkenal, teman pengusaha itu menjenguknya, ia sangat prihatin mendengar cerita pengusaha itu tentang sikap anak-anaknya.
"Kamu seharusnya menyimpan lebih banyak uang lagi untuk dirimu, dengan kondisi seperti ini, anak-anakmu hanya memandangmu sebagai beban. Seandainya simpananmu masih banyak tentu mereka akan bertindak lebih baik. Seharusnya kamu marah pada mereka, tidak berdiam diri saja." tegur temannya.
Si pengusaha sedih mendengar kata-kata temannya itu, namun ia menyadari bahwa itu memang benar. Ia tetap berusaha tegar dan berkata dengan bijak, "Aku tidak menyesal dan tidak memperhitungkan segala yang telah aku berikan atau aku korbankan untuk mereka. Aku percaya bahwa ada maksud Tuhan yang baik di balik semua ini. Aku mungkin telah gagal mendidik mereka menjadi anak yang baik, tapi Tuhan pasti mampu mengubahkan mereka." 
"Aku hanya ingin agar Tuhan memberikan kekuatan padaku agar tetap berpikir dan bertindak bijaksana menyikapi semua ini. Karena menurutku kalau aku marah, kemarahanku tidak akan merubah sikap mereka, malah mereka bisa lebih menjauh lagi dan semakin tidak peduli padaku. Aku percaya, mereka pasti berubah. jika aku bertindak bijak " lanjut pengusaha itu.
Si pedagang emas terdiam, berusaha memahami dan mencerna keinginan si pengusaha. 
Tidak lama kemudian si  pengusaha menepuk tangan temannya dan dengan tersenyum bahagia berkata, "Aku punya cara untuk mengubah sikap anak-anakku." 
Dia lalu membisikkan sesuatu ditelinga si pedagang emas.
Keesokan harinya pengusaha itu memanggil ketiga anaknya, ketika mereka  telah datang ia memandang satu persatu anak-anaknya,  lalu dengan lembut ia berkata, "Papa ingin menunjukkan sesuatu pada kalian."
Ia meraih sebuah  kotak kayu, membukanya dan menunjukkan isinya pada anak-anaknya. Dengan terperangah ketiga anaknya melihat 5 batang emas murni, masing-masing seberat 1kg yang ada di dalam kotak.
"Seluruh isi kotak ini akan menjadi milik salah satu dari kalian, papa akan menilai sikap kalian mulai detik ini dan akan menentukan di surat wasiat siapa yang berhak memilikinya." jelas si pengusaha.
Sejak saat itu ketiga anaknya seakan berlomba memberikan yang terbaik buat si pengusaha. Si pengusaha menyadari bahwa motivasi mereka bukan untuk membahagiakannya tapi karena berharap mendapatkan warisan emas. Namun ia berharap agar anak-anaknya akan merubah sikap mereka dengan cara ini. Akhirnya 3 tahun kemudian si pengusaha meninggal dunia. 
Ketiga anaknya ternyata merasakan kehilangan yang besar di hati mereka. 3 tahun merawat ayah mereka, telah menimbulkan rasa yang berbeda di hati mereka. Tanpa mereka sadari di hati mereka mulai tumbuh sikap peduli yang tulus. Apalagi setiap saat  sang ayah tidak pernah berhenti mengasihi mereka. Selalu bersikap rendah hati, tidak pernah mengeluh, dan sangat perhatian. Sekarang mereka jadi rindu akan hari-hari bersama sang ayah. Kemudian mereka membuka bersama kotak peninggalan sang ayah, dan melihat didalam kotak tersebut hanya ada secarik kertas, berisi tulisan tangan ayah mereka.

Anak-anakku, maafkan papa.
5kg emas itu adalah milik teman papa.
Papa hanya ingin mengingatkan kalian dengan cara ini.
Seluruh kehidupan papa, semuanya papa berikan untuk kalian,
dan kalau di nilai pasti lebih dari 5kg emas.
Di saat kalian tidak mengindahkan papa, papa tidak pernah sekalipun berpikir
untuk menagih semua yang telah papa berikan.
Karena kasih sayang yang tulus tidak pernah menuntut balas.
Papa bersyukur memiliki kalian dan selalu mengasihi kalian.

Ketiga anak pengusaha itu menangis tersedu-sedu, mereka menyadari betapa buruk sikap mereka pada sang ayah. Jauh di lubuk hati mereka, terucap rasa terima kasih yang mendalam karena sang ayah tidak pernah berhenti untuk mengasihi mereka dengan tetap berjuang mengubah mereka menjadi anak-anak yang baik dan mulia.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa orang tua yang bijaksana, pasti mampu menghantarkan anak-anaknya pada kesadaran akan sikap hidup yang baik dan mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar