Anda pasti sampai ke posisi ke puncak, jika terus bangkit
meskipun berulang kali jatuh.
Melihat tampilan depan rumah orang tua teman saya, membuat saya berdecak kagum. Rumah mewah bergaya eropa itu tampak megah dengan dua pilar besar di depannya. Pekarangannya luas, bisa untuk parkir sekitar 6 sampai 7 mobil. Setelah mematikan mesin mobil, saya segera turun. Di depan pintu masuk tampak Jerry teman saya menunggu sambil melambaikan tangan. Setelah sampai di dekat Jerry, dia langsung menyalami saya dan mengajak masuk ke dalam rumah. Saya lalu dipersilahkan duduk di ruang tamu dan kami mulai berbincang-bincang. Perbincangan yang agak kaku sebenarnya, karena kami baru kenalan 3 minggu lalu, saat dalam penerbangan ke suatu kota. Saat itu Jerry bercerita bahwa dia butuh beberapa orang arsitek untuk perusahaan yang baru didirikannya. Kebetulan saya mengenal beberapa orang arsitek muda berbakat dan saya berjanji untuk mereferensikan mereka pada Jerry. Sejak itu kamipun mulai sering berhubungan lewat Blackberry Messanger, hingga dia mengajak saya untuk mengunjungi rumahnya.
Setelah beberapa saat berbincang tentang perusahaan yang baru dibukanya, iseng-iseng saya bertanya sambil menunjuk pada foto keluarga yang sangat besar yang terpajang di dinding ruang tamu.
"Orang tua kamu masih terlihat muda yah, umur berapa mereka?" tanya saya.
"Papa berumur 53 tahun, mama 52 tahun." jawab Jerry.
"Oh ya?" saya menanggapi jawaban Jerry, sambil melihatnya dengan perasaan tidak percaya.
"Hahaha, yah usia saya 31 tahun saat ini, sepantaran dengan kamu. Orang tua saya memang kawin muda." Jerry menjelaskan dengan tepat pertanyaan yang masih tersimpan dipikiran saya.
"Betapa beruntungnya kamu memiliki orang tua seperti mereka yang sangat sukses. Papa mama kamu pasti berasal dari keluarga kaya raya." saya berkata lagi pada Jerry dengan pikiran bahwa orang tuanya bisa sangat kaya seperti saat ini, tentu karena mereka keturunan orang kaya.
"Mama saya memang berasal dari keluarga yang sangat kaya dan terkenal pada masanya. Tapi papa hanya orang biasa. Apa yang dimiliki oleh papa mama saat ini adalah hasil dari jerih payah mereka sendiri." jelas Jerry dengan rona wajah yang tampak bangga pada kedua orang tuanya.
"Maksud kamu, mereka bisa seperti ini tanpa bantuan dari keluarga?" tanya saya penasaran.
Jerry lalu bercerita tentang kedua orang tuanya, cerita yang membuat saya menjadi sangat kagum dan hormat pada orang tuanya. Mama Jerry berasal dari keluarga yang sangat kaya, sebagai anak perempuan satu-satunya beliau begitu di manja, setiap hari beliau dilayani khusus oleh 2 orang pembantu dan segala keinginannya selalu dipenuhi. Namun ketika berusia 20 tahun, beliau jatuh cinta dan memaksa menikah dengan seorang pria biasa yang tidak memiliki apa-apa. Tentu saja kedua orangtuanya menjadi murka. Karena tetap memaksa ingin menikah dengan pria itu, yang adalah papanya Jerry, akhirnya beliau diusir dan tidak diakui sebagai anak lagi.
Mereka lalu mengontrak sebuah rumah yang sangat kecil. Papa Jerry saat itu bekerja sebagai pegawai toko biasa. Mereka hidup dalam kondisi yang jauh dari cukup, bahkan setahun kemudian saat hendak melahirkan Jerry, mama Jerry harus datang berlutut didepan kedua orangtuanya memohon bantuan untuk biaya persalinan. Kondisi hidup yang serba kekurangan membuat beliau sangat stres, apalagi sekarang dia memiliki seorang putra yang tentu saja membuat biaya hidup mereka semakin meningkat. Suatu hari, di saat suaminya berangkat kerja, beliau menggendong Jerry dan berjalan kaki, memberanikan diri mengetuk pintu rumah orang-orang, menawarkan jasa sebagai tukang cuci baju, walaupun sesungguhnya beliau sangat malu dan takut. Berhari-hari beliau melakukan hal tersebut tanpa sepengetahuan suaminya, namun sayangnya tidak ada yang mau memakai jasa beliau.
Di suatu siang saat beristirahat di depan sebuah toko yang tertutup, serombongan pemulung datang pula beristirahat di sampingnya.
"Hari ini sepertinya hasil yang saya peroleh lumayan." kata seorang pemulung pada teman-temannya.
"Iya, saya juga. Kalau setiap hari seperti ini tentu menyenangkan sekali." timpal yang lain.
Penasaran dengan perbincangan mereka, beliau datang menghampiri dan bertanya tentang kerjaan mereka. Para pemulung itu lalu menceritakan segala hal tentang pekerjaan mereka. Ketika sampai di rumah, beliau terus berpikir tentang pertemuannya dengan para pemulung itu. Beliau melihat satu kesempatan yang menarik yaitu membeli hasil pulungan dari para pemulung itu. Keesokan harinya, bersama Jerry yang setiap hari digendongnya kemanapun ia pergi, beliau keliling mencari informasi tempat penjualan hasil pulungan, mendatangi tempatnya dan mencatat harga yang ditawarkan seandainya beliau menjual barang-barang pulungan di tempat-tempat itu. Dari informasi yang didapatkan beliau jadi tahu tempat mana yang memberikan harga paling bagus. Pada masa itu masih sedikit orang-orang yang mau bergelut di bidang ini, inilah yang membuat beliau termotivasi dan merasa yakin bisa menghasilkan uang dari pekerjaan ini. Lalu beliau mencari para pemulung yang ditemuinya kemarin dan ketika bertemu beliau memberikan penawaran pada mereka.
Namun ketika hal ini diketahui oleh sang suami, suaminya sangat menentang karena mengganggap beliau tidak pantas melakukan pekerjaan yang kotor seperti itu. Mama Jerry berusaha menyakinkan suaminya yang akhirnya setuju. Bertahun-tahun beliau menjalankan pekerjaan ini dengan tekun dan tak kenal lelah, dari omzet yang awalnya sangat kecil secara perlahan-lahan terus meningkat. Suaminya yang dulu menentang akhirnya ikut terlibat juga. Sepuluh tahun lebih berjuang dengan barang-barang pulungan mengantarkan mereka pada perkembangan yang diluar pemikiran mereka, mereka dapat memiliki pabrik sendiri untuk mengelola barang-barang hasil pulungan. Dari satu pabrik, menjadi dua pabrik, hingga saat ini ada puluhan pabrik yang mereka miliki. Tak heran jika sekarang mereka bisa menjadi sangat kaya raya.
Bagi saya ini adalah cerita yang luar biasa, khususnya jika melihat posisi mamanya Jerry, tentu tidaklah mudah bagi beliau menjalani semua ini. Berusaha untuk bangkit dari keterpurukan memiliki tantangan tersendiri di mana tidak semua dapat melaluinya dengan baik, apalagi bisa kembali ke posisi puncak.
Ada beberapa hal yang saya pelajari dari kisah beliau untuk kembali ke posisi puncak, antara lain:
- Buang rasa malu dan takut.
- Cari peluang.
- Dapatkan info sebanyak-banyaknya.
- Jangan meremehkan pekerjaan yang terlihat "kotor".
- Temukan motivasi diri dan selalu yakin.
- Bertekun dan tak kenal lelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar