"Kita tahu apa yang terjadi dengan orang-orang yang berhenti di tengah perjalanan; mereka akan terlindas."
(Aneurin Bevan)
Pernah dengar nama Muhammad Rachman? Mungkin banyak orang yang tidak akrab dengan nama ini, kecuali jika akrab dengan dunia tinju. Bagi masyarakat Indonesia kebanyakan, dalam dunia tinju nama Chris John lah yang mungkin paling dikenal, juga petinju muda yang sedang naik daun saat ini Daud 'Cino' jordan.
Muhammad Rachman sendiri sebenarnya adalah petinju yang juga telah menorehkan prestasi di kancah tinju nasional maupun internasional. Ia memulai karir tinjunya pada tahun 1991 saat usianya menginjak 20 tahun, usia yang menurut anggapan banyak orang sudah agak terlambat masuk ke dunia tinju.
Meskipun karir tinjunya tidak berjalan mulus, tapi ada sesuatu yang istimewa dari sosok M. Rachman, dia bisa menorehkan prestasi di usia yang sudah tidak muda lagi. Pada tahun 2004 di usia yang menginjak 32 tahun, Rachman membuktikan kemampuannya dengan merebut sabuk gelar juara dunia kelas terbang mini versi IBF, setelah mengalahkan petinju Kolombia Dabiel Reyes. Pada usia 35, Rachman berhasil mempertahankan gelar dengan memukul KO Benjie Sorolla, petinju Filipina, pada ronde ke-6.
Lebih luar biasa lagi, di saat dunia tinju Indonesia masih dipenuhi cerita pasca pertarungan antara Chris John dan Daud "Cino' Jordan pada tanggal 17 april 2011 lalu, dua hari berselang yaitu tanggal 19 april 2011 Rachman tampil mengejutkan dengan keluar sebagai juara dunia kelas terbang mini versi Asosiasi Tinju Dunia (WBA). Rachman memukul KO juara dunia Kwantai Sithmorseng yang 10 tahun lebih muda darinya di ronde sembilan di Bangkok Thonburi University, Bangkok, Thailand. Ini merupakan gelar juara dunia kedua buat Rachman. Prestasi ini ditorehkannya di usia yang hampir menginjak 40 tahun. Tentu saja prestasi yang membanggakan ini membuat salut banyak pihak, apalagi keberangkatan Rachman sebelumnya boleh dikatakan minim publikasi, mungkin tenggelam oleh berita besar pertarungan antara Chris John dan Daud 'Cino' Jordan.
Kita tahu bahwa dalam dunia olahraga, faktor usia sangat mempengaruhi prestasi, karena olahraga sangat bergantung pada kondisi fisik. Namun kisah dari M. Rachman ini dapat dijadikan pelajaran berharga bahwa utuk berprestasi sebenarnya tergantung dari keputusan diri sendiri M. Rahman berhasil karena ia mempunyai tekad yang kuat untuk terus berprestasi dan tekun berlatih meskipun usianya terbilang tidak muda, bahkan ia berlatih sendiri tanpa bantuan seorang pelatih selayaknya atlit lain, ia hanya di bantu oleh istrinya.
Rachman juga adalah contoh seorang manusia yang memiliki komitmen atas pekerjaannya, dia tidak pernah mau berhenti di tengah perjalanannya sekalipun untuk itu dia harus berjuang sendiri tanpa ada yang mendukung , bagi dia itu tidak masalah yang penting berusaha untuk terus berprestasi.
www.ekseljoel.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar